Perayaan Hari Bersejarah di Bantul
Upacara Merti Dusun Krebet adalah sebentuk upacara yang
dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME dan berlangsung
dengan pengarakan gunungan yang berisi bahan makanan pokok yang dibuat seperti
gunungan yang dibuat di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada peringatan Muludan
di Alun-alun Utara Jogja.Prosesi acara dimulai dengan serah terima Gunungan yang
dilaksanakan di halaman Masjid Dusun yang berada 1 Km dengan Pendapa Dusun
Krebet yang digunakan sebagai Balai Pertemuan warga. Setelah selesai
dilanjudkan dengan pengarakan Gunungan menyusuri jalan dusun Krebet dengan
diiringi prajurit ala prajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan diikuti
warga dusun Krebet dengan membawa ubo rampe kenduri yang berisi pisang, apem,
ketan, kolak, dan sesajian kembang yang dibawa sekitar 100 warga lebih sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas segala nikmat hasil bumi yang sangat
melimpah.Setelah sampai di pendapa kemudian gunungan di serahkan kepada
sesepuh warga untuk diadakan doa bersama dengan panjatkan doa sebagai rasa
syukur dan dilakukan seperti adat kenduri di Jawa.setelah doa selesai ubo rampe
kenduri yang dibawa para kepala keluarga warga Krebet kemudian dibagikan dan
menjadi rebutan para warga yang di percaya membawa berkah utnuk ikut menikmati
hasil bumi Krebet.Gunungan diserahkan kembali untuk dilanjudkan diarak menuju
lapangan dekat pendapa untuk diserahkan pada warga dan menjadi rebutan warga
dusun Krebet dan sekitarnya yang sangat ramai pada saat rebutan Gunungan dari
anak kecil sampai orang tua tertuju menjadi satu di Gunungan yang dipercaya
juga jika mendapatkan apa yang ada di Gunungan mendapat berkah.
Grebeg
Bekda Mangiran yang berasal dari salah satu daerah di Kabupaten Bantul, mampu
menghipnotosi dewan juri yang tengah bertugas dalam Festival Upacara Adat yang
diselenggarakan oleh pemerintah DIY di Alun-alun Wonosari,pada tahun 2019.
Penampilan puluhan pegiat seni yang didominasi oleh para kaum muda ini juga
menarik perhatian ribbuan masyarakat Gunungkidul yang hadir di tengah-tengah
pesta budaya tersebut. Panasnya terik matahari tak membuat warga masyarakat
maupun pecinta budaya bergeming.Grebeg
Bekda Mangiran sendiri menceritakan kehidupan bersosial masyarakat di jaman
dahulu. Untuk menunjukkan rasa bersyukur terhadap Tuhan yang mereka percayai
maka ditetapkan di bulan tertentu diadakan Grebek Bekda Mangiran di Kecamatan
Srandakan, Kabupaten Bantul. Dalam penampilan kemarin, kontingen kabupaten
Bantul tampil dengan totalitas mulai dari gerakan tarian, kostum hingga iringan
musik gamelan.Untuk
semakin meningkatkan perfoma budaya di kacamata masyarakat umum, dan guna
memberikan suatu wadah bagi para pegiat seni adat dan tradisi, pemerintah saat ini
tengah berusaha menggenjot sedikitnya peran 56 desa budaya yang ada. Pemerintah
sendiri masih akan terus berupaya menumbuhkan desa-desa yang
memiliki potensi dan semangat tinggi untuk menggali potensi yang dimiliki.
Kabupaten
Bantul adalah kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Moto kabupaten ini adalah Projotamansari singkatan
dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri.
Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten Gunung Kiduldi timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Objek wisata Pantai Parangtritis terdapat di wilayah kabupaten ini.Bagian selatan kabupaten ini berupa
pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya.Bantul memang
tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah
perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan.
Antara lain, perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambar Ketawang dan upaya
pertahanan Sultan Agung di Pleret. Perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong.
Kisah perjuangan pioner penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang
ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto.Tanggal 20 Juli
ini lah yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul.
Selain itu tanggal 20 Juli tersebut juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan
kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan
tanggal 20 Juli 1825.